Sejak pusat kerajaan di Tanjung Limaupurut, kemudian beralih ke Tumpuk Mudiek Balai Pandan,gelar kebesaran Raja adalah Tuangku Rajo Disambah. Oleh Raja Pagaruyuang DYD Tuangku Maharajo Sati (1) gelar itu di tukar menjadi Tuangku Rajo Usali. Dan nama “Cupak” dilengkapi dengan menjadi“ Cupak Nan Usali” oleh Tuangku Maharajo Sati (1) walaupun yang terkenal kemudian hanya “Cupak” saja.
Pada penghujung abad ke-15 tidak ada seorang perempuan dari kaum raja atau kaum Tuangku Rajo Disambah Tuangku Rajo Bagindo.Maka memohonlah Tuangku Rajo Disambah kepada Raja Pagaruyuang, untuk kiranya mengirim seorang perempuan guna “mauleh” kaum nyaitu. Raja Pagaruyuang pada waktu itu, Tuangku Maharajo Sati (II) atau Dewang Sari Deowano mengirim dari kalangan kaum kerabat baginda yakni Puti Pinang Masak untuk meneruskan kaumTuangku Rajo Disambah.
Ibunda dari Puti Pinang Masak bernama Puti Tabur Urai (II) dikirim raja ke Kinari. Puti Tabur Urai (II) setiba di Kinari, langsung dinobatkan sebagai Raja Kinari. Puteri ini ke Kinari bersama sang suami yakni Sangiang Indo Rajodeo, Adik dari Yang Dipertuan Besar Tanah Sangiang (Sangir) Sagiang Rani Indopuro yakni salah seorang permaisuri dari Raja Pagaruyuang DYD Tuangku Rajo Bagindo atau Dewang Ramowono (yang digantikan oleh Tuangku Maharajo Sati (II) atau Dewang Sari Deowano). Saudara–saudara Puti Pinang Masak juga meninggalkan Pagaruyuang, yakni: