You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Nagari Cupak
Nagari Cupak

Kec. Gunung Talang, Kab. Solok, Provinsi Sumatera Barat

Selamat Datang di Website Resmi Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat BAGI MASYARAKAT YANG INGIN MEMPEROLEH INFORMASI TERKAIT NAGARI DAPAT MEMBUKA LAMAN PPID NAGARI ATAU HUBUNGI CALL CENTER 081266550252 ATAU DATANG LANGSUNG KE SEKRETARIAT PPID DI KANTOR WALI NAGARI CUPAK

Nagari cupak Dimasa Pemerintahan Kerajaan

Administrator 09 April 2021 Dibaca 432 Kali
Nagari cupak Dimasa Pemerintahan Kerajaan

BAB II CUPAK DI KUBUANG TIGOBALEH

  1. Dari Tanjung Limaupurut sampai Guguek Nan Sambilan.

Segala sesuatu didunia ini ada mempunyai asal mula kejadiannya, hal yang serupa ini semenjak dari Allah menciptakan dunia dengan segala isinya termasuk asal mula dijadikan manusia sebagai kahfah dimuka bumi.
Demikian juga dengan asal mula kejadian suatu daerah, yang berbentuk wilayah teritorial, seperti negeri, kerajaan dan sebagainya tempat manusia berkecimpung dengan kehidupannya, begitu juga dengan manusia itu sendiri, harus ada mempunyai asal usulnya di daerah mana dia dilahirkan yang disebut dengan tanah tumpah darah kelahiran atau kampung halaman.

Oleh sebab itulah bila seorang meninggal dunia, akan ada terdengar bisik-bisik pertanyaan seperti : dimana kampungnya, apa sukunya, anak siapa dia dan kemenakan siapa, apalagi bila yang meninggal itu orang Minangkabau. Tidak terkecuali bagi seorang warga nagari Cupak, walaupun meninggal dirantau ataupun dikampung para pelayat akan bertanya: "karna inyo mambako, sia bapaknyo, kamanakan sia inyo dan dijorong ma rumah andenyo, dima pandan pakuburannyo dan lain sebagainya yang berhubungan dengan asal usulnya. Begitu pula pada waktu seseorang melangsungkan perkawinan akan terjadi pula dialog-dialog seperti itu oleh para tamu.

Kadang-kadang dengan adanya dialog-dialog seperti itu akan ada membawa dampak positif, seperti diketahui bahwa yang meninggal atau yang sedang melangsungkan perkawinan itu berhubungan famili dengan sipenanya tadi, umpamanya, satu suku dikampung, anak adik bapak, kemenakan Bapak, sabako, saparuik, anak kakak, rang sumando dan sebagainya, yang membawa kearah mempererat tali persaudaraan.

Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa hal yang demikian akan terjadi pada diri sendiri sehingga kurang memperhatikan sejarah. Oleh karena itu mari kita coba pula mengulang sejarah lamo tentang asal usul nagari Cupak semenjak dari rumah paniang taratak dusun, sampaj menjadi nagari nan dilengkapi dengan labuah mamalintang, tapian tamuek mandi, surau jo langgar tampek mangaji, balai pamedanan tampek nan mudo. Disamping itu kita coba pula menyelusuri kembali asal usul nenek moyang kita, nanlah mancancang jo malatih, manaruko sawah nan bapamatang, marambah ladang nan bapitalah kito mulai dari:

1. Penduduk dan Penyebarannya

Penduduk nagari Cupak terdiri dari suku-suku Malayu, Sikumbang, Piliang, Jambak dan Chaniago, sedangkan penduduk yang mula-mula datang dari suku Malayu dan Sikumbang. Mereka datang dari bagian atas Luak Tanah Datar, dan sampai ke Sawah XIV, di selatan nagari Kotobaru sekarang. Dari sini mereka melalui Sawah Laweh, terus ke Aie Angek Gadang. Dari sini mereka ke Tanjung Limaupurut. Di sinilah mereka membuat Taratak (rumah panjang), kemudian dusun dan dari dusun menjadi perkampungan. Di Tanjung Limaupurut perkampungan menjadi sebuah kerajaan yakni Kerajaan Tanjung limaupurut yang mempunyai hubungan dengan Kerajaan Pariangan. Sebagai raja adalah Tuanku Rajo Disambah (Dari suku Malayu). Paja
didampingi oleh "Gadang Nan Barampek" yakni Rajo Tuo (Malayu), Rajo Bandaro, Rajo Bagindo (Malayu) dan Rajo Padang (Sikumbang). Yang dimaksud dengan Malayu dan Sikumbang di sini adalah Malayu Mudiek dan Sikumbang Gadang. Seterusnya melalui Sawah Laweh dan Aie Angek Gadang, Suku Jambak juga sampai di Tanjung Limaupurut. Sedangkan suku Malayu yakni Malayu Tangah menyusul datang ke Tanjung Limaupurut, bersama Malayu Mudiek, kemudian membuat permukiman pula di Tanjung Tanah. Disini dibuatlah Taratak Tanjung Tanah.

Wilayah kerajaan Tanjung Limaupurut kemudian semakin luas ialah dengan datangnya orang Sikumbang, melalui Sawah Laweh terus ke Air Angek Gadang, kemudian ke Air Angek Kaciek. Dari sini ke Aur Nan Baduri. Disinipun mereka membuat Taratak, sehingga orang Sikumbang yang disini disebut Sikumbang Aurduri. Selanjutnya Piliang memudiki Aie Angek Gadang, dan terus melanjutkan perjalanan sampailah di Karak Batu. Dalam pada itu orang Malayu Sigalabuek dan orang Paraklaweh bersama sebagian orang Filiang datang dari utara dan mendirikan dua buah taratak, masing-masing di Bingkuang, dan di Tangah Padang. Sementara itu suku Caniago melalui Air Batang Saggue pergi ke Bukit Kili, dan mendirikan Taratak pula disana.

Perkembangan selanjutnya, semakin banyak rombongan yang datang ke Kerajaan (nagari) Tanjung Limaupurut. Sebagian besar penduduk Tanjung Limaupurut dan Tanjung Tanah kemudian pindah dan menyelusuri Aie Angek Gadang dan sampai ke sebuah padang. Rombongan Piliang juga sampai ke tempat itu dan menyusul kemudian orang Caniago. Sehingga bertemulah orang lima suku, masing-masing Malayu, Sikumbang, Jambak, Piliang dan Caniago di tempat itu. Di padang ini dibuatlah Taratak. Pada malam hari mereka berunding untuk mengikat talipersatuan dan persaudaraan di dalam memperluas wilayah kerajaan Tanjung Limaupurut dengan cara membuat perkampungan-perkampungan baru. Mereka menyatakan diri"Saraso sapareso". Selesai mereka melahirkan kesepatakan itu maka mereka sama-sama menghembus nyala "Dama" (lampu) sebagai tanda kesatuan pendapat mereka. Maka tempat itu disebut Taratak Padam Dama, yang kemudian lazim disebut tempat itu dengan Padang Dama yang berupa hamparan Padang.

Karena padatnya penduduk maka menyebarlah mereka, dibagi atas empat tumpuk yakni:

  1. Tumpuk Tanjung Limaupurut (tumpuk hulu)
  2. Tumpuk Mudiek dengan balai kerapatan Balai Pandan
  3. Tumpuk Tangah dengan balai kerapatan Balai Tangah, dan
  4. Tumpuk Sungai Rotan dengan tempat sidangnya balai Sungai Rotan.

Bersama-sama dengan balai kerapatan di setiap bekas taratak disebut Balai Nan Tujueh, sehingga Cupak juga disebut "Nagari Tujueh Balai". Pusat kerapatan adalah di "Balai Nagari" yakni disebut Balai Gadang. Didepan (dihalaman) Balai ini dibuatlah monumen kesepakatan hidup bersatu Saciok bak ayam, Sadanciang bak basi, Barek samo dipikue, ringan samc dijinjiang, kabukik samo mandaki, kalurah samo manurun, Tatalungkuek samo makan tanah, Tatalantang samo minum aie, sahilie samudiek sagolok sagalah, Adat samo dipakai limbago samo dituang. Monumen itu terdiri dari batu suku Malayu, Sikumbang, Jambak, Piliang dan Caniago. Masing-masing suku meletakan sebuah batu, besar kecilnya tergantung kepada jumlah anggota kaumnya, dan monumen itu disebut Batu Nan Limo. Semenjak itu Nagari ini dijuluki "Nagari Batu Nan Limo, Balai Nan Tujueh ".

  1. Pemerintahan, Adat dan Suku.

Pada masa kerajaan bernama Tanjung Limaupurut, sebagaimana telah diutarakan bahwa Raja Tuangku Rajo Disambah didampingi empat pembesar "Gadang Nan Barampek" yakni Rajo Tuo, Rajo Bandaro, Rajo Bagindo dan Rajo Padang. Pada masa pusat kerajaan Pariangan pindah ke Bungo Setangkai yang menjadi raja adalah seorang pemangku (pejabat) yakni Dt. Yang Dipituan, dikarenakan Kaum Tuangku Rajo Disambah yang ada hanya perempuan saja. Dt. Yang Dipituan "merobah" pemerintah dari "Gadang Nan Barampek" dirobah menjadi "Bandaro Nan Dua, gadang nan batigo", yakni: Bandaro Sati dari suku Caniago, Bandaro Kutianyir (maksudnya : Dl. Bandaro dari Korong Kutianyir suku Jambak), Mudo dari suku Piliang, Basa dari suku Sikumbang, Kayo dari suku jambak. Terkecuali Dt. Kayo semuanya adalah penghulu Suku. Sedangkan Dl. Nan Dipituan disamping menjadi Rajo, juga penghulu Suku Melayu.

Susunan ini tidak lama, karena dari kaum Tuangku Rajo Disambah muncul seorang laki-laki dan dinobatkan sebagai raja dengan gelar Tuangku Rajo Disambah. Ini bertepatan dengan pindahnya pusat kerajaan dari Bungo Satangkai ke Bukit Batu Patah (Pagaruyung). Tuangku Rajo Disambah yang baru ini sekaligus juga memindahkan kedudukannya ke Tumpuk Mudiek, Tumpuk Tanjung Limaupurut (termasuk Tanjung Tanah) dikosongkan. Raja yang baru naik tahta ini memindahkan semua penduduk di tumpuk awal itu seluruhnya. Kemudian raja yang baru itu memanggil semua pembesar untuk bersidang di Balai Gadang, untuk memusyawarahkan tentang nama nagari, dan menyusun badan-badan pembantu Raja dalam menjalankan pemerintahan Nagari serta menetapkan undang-undang menurut adat nan kadipakai. Tanjung Limaupurut bersama perkampungan Air Nanam, merupakan "Cupak Gantang" pada jajaran Kubuang Tigobaleh, yakni yang memegang urusan perekonomian. "Cupak" adalah Tanjung Limaupurut, dan "Gantang" adalah Air Nanam. Sebagian besar penduduk Air Nanam bersama penduduk Padang Kunik, nantinya mendirikan Salayo. Sebagian lagi dari penduduk Air Nanam bersatu dengan sebagian penduduk perkampungan Padang Sabaleh (bersama Linjuang Kototinggi merupakan "Suri" dan "Tauladan" atau sebelumnya disebut "Suri" dan Gunjai") mendirikan perkampungan "Gantang Suri", kini dikenal dengan nama "Gantuang Ciri", merupakan "Saudara Kandung" dari Tanjung Limaupurut. Setelah Tanjung Limaupurut menjadi luas dan Tumpuk Tanjung Limaupurut itu sendiri ditinggalkan, maka dari hasil sidang kerapatan di Balai Gadang ditetapkanlah nama Nagari mereka "Cupak" sesuai dengan fungsi dan kedudukan Tanjung Limaupurut pada Kubuang Tigobaleh. Di dalam "Sandi Limbago Adat" ia merupakan "Cupak Galeh". Sedangkan Air Nanam di dalam "Sandi Limbago Adat" merupakan "Cupak Gantang" yakni bidang perekonomian. Di dalam Undang-Undang Sambilan Pucuek" ia merupakan "Cupak Nan Duo" yakni "Cupak Pusako" dan "Cupak Buatan". Maka yang dimaksud dengan "Cupak disini adalah "Cupak Pusako". Pada masa pemerintahan DYD Tuangku Maharajo Sati (1)  sebagai Raja Pagaruyung, Rata "Cupak Pusako" ditukar menjadi "Cupak Usali". Pada waktu itu pulalah "Cupak" juga diberi nama resmi oleh Raja Pagaruyung menjadi Nagari "Cupak Nan Usali". Pada rapat besar di Balai Gadang itulah ditetapkan bahwa setiap suku yang ada, dikelompokkan menjadi 13 (tiga belas) suku, yaitu :

  1. Dalam, suku Malayu :
  2. Suku Malayu Mudiek
  3. Suku Malayu Tangah
  4. Suku Malayu Sigalabuek
  5. Dalam suku Sikumbang :
  6. Suku Sikumbang Gadang
  7. Suku Sikumbang Aur Duri
  8. Suku Sikumbang Parak Laweh
  9. Dalam suku Jambak :
  10. Suku Jambak Kutianyie Nan Barampek
  11. Suku Jambak Nan Batujueh
  12. Suku Jambak Pagacancang Nan Sambilan
  13. Dalam suku Piliang :
  14. Suku Piliang Balai Mansiang
  15. Suku Piliang Ilie
  16. Dalam suku Caniago :
  17. Suku Caniago Solok
  18. Suku Caniago Kasiek

Masing-masing menjadi "korong" atau "Buah Paruik". Setiap buah paruik terdiri dari beberapa kaum. Yang menjadi Orang Tuo dalam buah paruik adalah :

  1. Nan Dipituan Orang Tuo buah paruik Melayu Tangah
  2. Rajo Nan Sati Orang Tuo buah paruik Melayu Mudiek
  3. Panghulu Kayo Orang Tuo buah paruik Malayu Segalabuek.
  4. Panjang Orang Tuo buah paruik Sikumbang Aurduri
  5. Sati Orang Tuo buah paruik Sikumbang Gadang dan dalam
    lingkungannya Dt. Talelo Basa sebagai Andiko pada buah paruek
    tersebut.
  6. Majo Baba Orang Tuo buah paruik Sikumbang Paraklaweh.
  7. Majo Indo Orang Tuo buah paruik Piliang Ilie.
  8. Rajo Gamuyiang Orang Tuo buah paruik Piliang Balai Mansiang
    dan dalam lingkungannya terdapat Dt. Rintabuang Dalam, sebagai
    andiko dari Piliang Barueh.
  9. Bagindo Nan Gadang Orang Tuo buah paruik suku Jambak
    nan Batujueh.
  10. Gajah Tongga Orang Tuo buah paruik suku Pagacancang nan
    Sambilan.
  11. Gadang Orang Tuo buah paruik suku Jambak Kutianyie
  12. Rajo Taduang Orang Tuo buah paruik suku Caniago Solok.
  13. Malakewi Orang Tuo buah paruik suku Caniago Kasiek
    (Panyalai).

Masing-masing buah paruik terkelompok ke dalam sebuah suku. Oleh sebab itu di Cupak ditetapkan hanya ada lima suku, yakni Suku Malayu, Suku Sikumbang, Suku Jambak, Suku Piliang dan Suku Caniago. Susunan badan atau orang yang akan membantu Tuanku Dt. Rajo Disambah menjalankan roda pemerintahan Nagari adalah :

  1. Urang Tuo Nagari sebagai dewan penasehat Rajo, disebut
    Urang Tuo Nan Balimo.
  2. Manti Nagari
  3. Malin Nagari
  4. Dubalang Nagari
  5. Urang Ampek Jinih didalam suku
  6. Urang Tuo buah paruik masing-masing dalam korang.

Sedangkan badan keamanan terdiri dari balam-balam mau di Guguek Nan Sambilan, disebut Tiang Nan Sambilan, memegang kekuasaan peradilan dan pertahanan. Maka dari itulah Cupak juga dijuluki, "Cupak Nan Dilingkuang Guguek Nan Sambilan. Didudueki Tumpuek Nan Tigo. Dikunci Taratak Nan Ampek. Balai Nan Tujueh di Nagari, Puseknyo di Balai Gadang, Rumpunnyo di Batu Nan Limo, Janjangnyo ka Limo Suku, Tanggonyoka Buah Paruik Nan Tigobaleh, Pucueknyo ka Datuek Nan Dihulu Ureknyo Taganggam Pado Rajo". Yang dimaksud Datuek Nan Dihulu, adalah dari Buah Paruik Malayu Mudiek dan Buah Paruik Sikumbang Gadang (yang memegang peranan pada kerajaan Tanjung Limaupurut periode awal).

Jelasnya susunan kerajaan dan pemerintahan adat yang ditetapkan oleh Tuanku Rajo Disambah adalah :

  1. Rajo bagala Tuanku Rajo Disambah.
  2. Manti Nagari : Dt. Limbue Sati dari suku Malayu Tangah
  3. Malin Nagari : Malin Sati atau Pandito Sati dari Sikumbang
  4. Dubalang Nagari: Dt. Rajo Nan Sati dari suku Malayu Mudiek
  5. Dt. Majo Baba dari suku Sikumbang Parak Laweh

Sedangkan Urang Tua Nagari adalah Urang Tuo dari, masing masing suku, disebut Urang Tuo Nan Balimo bagi kerajaan yaitu :

  1. Sati dari Suku Sikumbang Gadang
  2. Gamuek dari Suku Piliang Ilie
  3. Kayo dari Suku Jambak Nan Batujueh
  4. Limbue Sati dari Suku Malayu Tangah
  5. Rajo Taduang dari Suku Caniago Solok.

Setiap "Urang Tuo" Ikut dalam rapat ampek Jinih yang ada pada masmg-rnasmg suku dan menjadi pendamai jika diantara ampek jini itu berselisih, sesuai dengan kedudukannya sebagai "Urang Tuo" pada suku. Lantas, bagaimana tentang Ampek Jinih di Cupak ?.

  1. Raja-raja Dari Pagaruyung

AMPEK JINIH di Cupak, terdapat pada setiap suku. Terdiri dari Penghulu, Manti, Malin (Dulu Pandito) dan Dubalang. Tetapi di dalam Ampek Jinih (Rapat Suku) juga hadir sebagai anggota kerapatan Urang Tuo Suku yang ada pada tiap-tiap suku. Gabungan Urang Tuo Suku ini merupakan lembaga yang menjadi Urang Tuo Nagari, semacam badan penasehat raja atau badan penasehat nagari. Bersama "Urang Tuo Suku" ini, Penghulu bersama Manti, Malin, Dubalang disebut Urang Nan Bajinih.

Ampek jinih pada suku Malayu terdiri dari :

  1. Yang Pituan (panghulu, dari Malayu Tangah),
  2. Panghulu Kayo (Manti, dari Malayu Sigalabuek),
  3. Malin Batuah (Malin, dari Malayu Tangah), dan
  4. Rajo Nan Sati (Dubalang, dari Malayu Mudiek).

Pada suku Sikumbang terdiri dari:

  1. Basa (Panghulu, dari Sikumbang Aur Duri),
  2. Tan Bandaro (Manti, dari Sikumbang Gadang),
  3. Malin Basa (Malin, dari Sikumbang Aur Duri), dan
  4. Majo Baba (Dubalang, dari Sikumbang Paraklaweh).

Pada suku Piliang terdiri dari:

  1. Mudo (Panghulu, dari Balai Mansiang),
  2. Dt. Rajo Bagampo (Manti, dari Piliang Ilir),
  3. Pakieh Batuah (Malin, dari Balai Mansiang), dan
  4. Lintabuang Dalam (Dubalang, dari Piliang Barueh termasuk Balai Mansiang).

Untuk suku Jambak terdiri dari:

  1. Bandaro (Panghulu, dari Kutianyir Nan Barampek),
  2. Mangkudum (Manti, dari Jambak Nan Batujueh dalam lingkungan Jambak Ilir),
  3. Katik Gadang (Malin, dari Kutianyir Nan Barampek), dan
  4. Gajah Tongga (Dubalang, dari Pagacancangan Nan Sambilan).

Terakhir suku Caniago terdiri dari:

  1. Bandaro Sati (Panghulu, dari Caniago Solok),
  2. Tenggang Basa (Manti, dari Panyalai),
  3. Katik Basa (Malin, dari Caniago Solok), dan
  4. Malingka Korong (Dubalang, dari Panyalai).

Khusus untuk Ampek Jinih, maupun Kapalo Buah Paruik, tertu saja, beberapa kedudukan dan gelar ada yang mengalami perubahan sesuai dengan perjalanan Zaman. Terutama Ampek Jinih, sebulan "Pandito" menjadi "Malin", dan gelar-gelar adat di Islamkan untuk jabatan itu seperti "Malin" dan "Katik".

  1. Guguek Nan Sambilan, Dan Balai Nan Tuiiieh.

Untuk kekuasaan peradilan dan pertahanan dipegang oleh Rajo bersama Tiang Nan Sambilan", yang merupakan "balam mau tiok-tiok guguek" karena "tiok guguek ba-balam mau". Tiang Nan Sambilan ini dengan dipimpin raja mengadili setiap perkara di dalam Nagari Cupak pada masa dulu.

Kesembilan "Tiang" itu adalah:

  1. Panjang (Sikumbang Aur Duri, di Guguek Bayur yang berbatas dengan Talang),
  2. Gajah Tongga (Pagacancang Nan Sambilan, di Guguek Cegak, berbatas dengan Kotoanau),
  3. Rajo Johan (Malayu Tangah, di Guguek Landuek berbatas dengan Muarapanas),
  4. Rajo Nan Sati (Panyalai, di Guguek Malintang, berbatas dengan Kotobaru),
  5. Rajo Batuah di Guguek Rantau Malayu berbatasan dengan Kotobaru dan Muara Panas.
  6. Tunggu Munyiang (Caniago Solok, di Guguek Jaik, berbatas dengan Kotobaru),
  7. Limbue Satu (Malayu Tangah, di Guguek Caredek, berbatas dengan Sallayo),
  8. Rajo Darek (Malayu Sigalabuek, di Guguek Karamuntiang, berbatas dengan Gantung Ciri),
  9. Sati (Sikumbang Gadang, di Guguek Cino). Sidang juga dilengkapi dengan utusan dari suku Piliang Yakni: Datuek Gamuek, Urang Tuo Suku tersebut.

Sedangkan untuk kekuasaan legislatif, dipegang oleh lembaga- lembaga kerapatan yang bersidang pada setiap balai kerapatan. Masing-masing balai kerapatan adalah:

  1. Balai Pandan,
  2. Balai Tangah,
  3. Balai Sungai Rotan (dari Tumpuk Nan Tigo),
  4. Balai Padang Dama,
  5. Balai Pinang (di Bukik Kili),
  6. Balai Bingkuang, dan
  7. Balai Tangah Padang.

Dimana masing-masing Balai terserbut berperan sebagai:

  1. Di Balai Pandan ada 4 (empat) "Juaro" yakni dari salah satu buah paruik suku-suku : Sikumbang, Jambak, Malayu, dan Balai Pandan juga digunakan uniuk sidang masing-masing buah pariuk yakni: Suku Sikumbang Aur Duri, Suku Malayu Mudiek, Suku Caniago, dan Suku Piliang.
  1. Balai Tangah berperan sebagai tempat rapat masing-masing buah paruik dari, suku : Malayu Tangah, Malayu Sigalabuek, Piliang Parakwaleh, Caniago Solok, Panyalai, dan Jambak Ilir.
  2. Selanjutnya Balai Sungai Rotan mempunyai empat "Juaro" dari suku-suku : Sikumbang, Jambak, Malayu dan  Seterusnya juga berperanan sebagai tempat kerapatan masing-masing Buah Paruik dari, suku : Sikumbang Gadang, Sikumbang Aur Duri, Malayu Sigalabuek, Caniago Solok dan Piliang Kambang (termasuk Piliang ilir). Sedangkan peranan umum tiap-tiap balai ini adalah balai kerapatan tiap tumpuk, yakni : Balai Pandan untuk Tumpuk Mudiek, Balai Tangah untuk tumpuk Tangah dan Balai Rotan untuk Tumpuk Sungai Rotan. 
  1. Selanjutnya Balai Padang Dama, tempat kerapatan dari buah-buah Paruik, suku : Malayu Mudiek, Sikumbang Gadang, Piliang Mudiek dan Pagacancang Nan Sambilan. Seterusnya Balai Pinang  untuk buah-buah Paruik dari suku :  Caniago Solok, Jambak Ilir, Piliang Barueh (termausk Piliang Ilir), dan Sikumbang Gadang. 
  2. Balai Bingkuang dan Balai Tangah Padang untuk buah paruik dari suku: Piliang Ilir, Sikumbang Paraklaweh dan Malayu Sigalabuek (kaum Rajo Panjang dan Kaum Pah-
    lawan Kayo).
  3. Sedangkan balai nagan yakni Balai Gadang, merupakan balai Limo suku, itulah sebabnya tiap-tiap suku menanam sebuah batu di halaman balai tersebut yang disebut "Batu Nan Limo". Balai Kerapatan berupa Balai Nan Balindung" dalam bentuk balai labueh gajah, mempunyai dua pintu. Pintu depan dikawal Datuk Rajo Nan Sati, tempat para datuk-datuk naik, dan pintu belakang dikawal Datuk Majo Baba, tempat para Pandito (kini, Alim Ulama) naik dan bertemu di ruang sidang. Didepan (dihalaman) balai ini pada mula nagari akan diresmikan dibuatlah suatu kesepatan bersama.

Pada masa permulaan Paderi, di Cupak juga dilaksanakan pemerintahan keimanan. Pada waktu itu Raja Cupak hanya lambang saja, dan pemerintahan dilaksanakan "Gadang Nan Baiigo" masing-masing Imam Basa dari Sikumbang Aur Duri selaku Imam Nagari, yakni pucuk pimpinan. Selanjutnya Katik Tigo Selo dari Piliang Ilie selaku Katib Nagari (Sekretaris Nagari, karena kemudian raja bersama-sama nini mamak kembali mengambil alih kekuasaan. Sedangkan "Gadang Nan Batigo" tetap ada untuk mengurus keagamaan melalui masjid nagari Cupak.

  1. Raja-Raja di Cupak

Sejak pusat kerajaan di Tanjung Limaupurut, kemudian beralih ke Tumpuk Mudiek Balai Pandan,'gelar.kebesaran Raja adalah Tuangku Rajo Disambah. Oleh Raja Pagaruyung DYD Tuangku Maharajo Sati (1) gelar itu ditukar menjadi Tuangku Rajo Usali. Dan nama "Cupak" dilengkapi dengan menjadi "Cupak Nan Usah" oleh Tuangku Maharajo Sati (1) walaupun yang terkenal kemudian hanya "Cupak" saja.

Pada penghujung abad ke-15 tidak ada seorang perempuanpun dari kaum raja atau kaum Tuangku Rajo Disambah Tuangku Rajo Bagindo. Maka memohonlah Tuangku Rajo Disambah kepada Raja Pagaruyung, untuk kiranya mengirim seorang perempuan guna "mauleh" kaumnya itu. Raja Pagaruyung pada waktu itu, Tuangku Maharajo Sati (II) atau Dewang Sari Deowano mengirim dari kalangan kaum kerabat baginda yakni Puti Pinang Masak untuk meneruskan kaum Tuangku Rajo Disambah.

Ibunda dari Puti Pinang masak bernama Puti Tabur Urai (II) dikirim raja ke Kinari. Puti Tabur Urai (II) setiba di Kinari, langsung dinobatkan sebagai Raja Kinari. Puteri ini ke Kinari bersama sang suami yakni Sangiang Indo Rajodeo, Adik dari Yang Dipertuan Besar Tanah Sangiang (Sangir) Sangiang Rani Indopuro yakni salah seorang permaisuri dari Raja Pagaruyung DYD Tuangku Rajo Bagindo atau Dewang Ramowano (yang digantikan oleh Tuangku Maharajo Sati (II) atau Dewang Sari Deowano). Saudara-saudara Puti Pinang Masak juga meninggalkan Pagaruyung, yakni:

  1. Puti Andam Dewi ke Selayo meneruskan kaum Dt. Pangeran Saripado,
  2. Puti Mayang Taurai atau Puti Bairah ke Sirukam menruskan kaum Tan Bagindo Rajo Nan Gadang.
  3. Puti Ameh Manah ke Panyangkalan meneruskan kaum Sutan
  4. Puti Gadih ke Muara Panas meneruskan kaum Sutan Pamuncak.
  5. Puli Lindok ke Singkarak meneruskan kaum Rajo Singkarak.
  6. Puti Rinjani ke Batu Banyak kemudian pergi ke Alahan Panjang meneruskan kaum Rajo Alam.

Sedangkan sang ibunda Puti Tabur Urai (II) di Kinari melahirkan lagi dua orang puteri masing-masing Puti Kasumbo dan Puti Saripati. Puti kasumbo nantinya kawin dengan Rajo Koto Anau Dt. Bagindo Nan Dipituan suku Malayu, yang nantinya mempunyai anak dan jadi Raja dengan gelar Dt. Bagindo Nan Dipituan ke II. Kemudian oleh Raja Pagaruyung dinikahkan dengan anak beliau, yang bernama Puti Bulian, ibunya Puti Reno Rani Dewi dari Sungai Tarab.

Tuangku Maharajo Sari (II) dari Pagaruyung menganugrahkan gelar Tuangku Rajo Usali untuk gelar raja di Cupak. Tetapi raja pada waktu masih memakai gelar Tuangku Rajo Disambah. Oleh Raja Cupak itu, Puti Pinang Masak dinikahkan dengan puteranya. Tapi oleh tutur maupun tambo, dari perkawinan ini lahirlah beberapa putera dan puteri. Salah seorang naik tahta dengan gelar Tuangku Rajo Usali G) selagi Tuangku Rajo Disambah masih hidup. Dan pembesar Permaisuri Baginda bersuku Sikumbang, serta Baginda memberi tempat sang permaisuri yang juga merupakan kediaman sehari-hari baginda dengan nama Gudam, sama dengan kampung asal Ibunda di Pagaruyung.

Tuangku Rajo Usali (I) diganti oleh kemenakan baginda dengan gelar Tuangku Rajo Usali (II). Pada masa baginda aturan yang berlaku dipegang teguh. Siapa yang melanggar mendapat hukuman berat. Kemenakan baginda naik tahta dengan gelar Tuangku Rajo Usali (lll). Pada masa ini, Cupak bersama nagari-nagari lain di Kubuang Tigobaleh mengirim utusan ke Padang, dan menjalin kerjasama dengan Aceh untuk menghadapi Belanda jika mereka datang. Kemenakan baginda yakni Tuangku Rajo Usali (IV) menggantikan baginda. Raja ini menaruh perhatian kepada hubungan dengan nagari-nagari tetangga. Pada masa

baginda, di Cupak diadakan permufakatan lagi antara Kubung Tigobaleh dengan Aceh yang isinya mempertegas kerjasama yang dijalin dulu. Pada pemufakatan itu, Kubuang Tigobaleh (dalam hal ini Guguk) melepaskan hak kedaulatannya Rantau Ampek Lurah dan mempercayakannya pada Aceh. Disebutkan bahwa Rantau Ampek Lurah "Ujuang lah babarikan, kakok lah bagamakan". Aceh dipercayakan pengawasan keamanannya. Tempat permusyawartan itu berupa tempat terbuka dan batu tempat duduk pembesar Aceh itu sampai kini disebut Batu Aceh.

Tuangku Rajo Usali (IV) diganti oleh adili beliau Tuangku Rajo Usali (V). Tetapi cidak lama karena kemudian kemenakan mereka naik tahta dengan gelar Tuangku Rajo Usali (VI). Baginda ini kemudian diganti pula oleh kemenakan baginda yakni Tuangku Rajo Usali (VII). Pada masa baginda ini banyak orang Aceh yang datang berniaga. Tetapi ada juga yang datang untuk berda'wah. Tuangku. Rajo Usali (VII) kemudian digantikan oleh kemenakan baginda yakni Tuangku Rajo Usali (VIII). Pada masa baginda banyak pemuda Cupak yang dikirim ke Pauh untuk membantu perjuangan masyarakat Pauh melawan Belanda. Untuk selanjutnya tidak diketahui beberapa orang penyandang gelar Tuangku Rajo Usah yang menjadi Raja Cupak secara berdaulat. Pada tanggal 6 April 1865, Gubernur Hindia Belanda untuk Sumatera Barat Van de Bosch memanggil para Tuangku Lareh dan Penghulu Kepala ke Bukittinggi. Di sinilah diketahui yang menjadi Tuangku Lareh pada Kelarasan Cupak adalah Dt. Yang Pituan dari Malayu Tangah.

Semenjak zaman itu, dari zaman barajo-rajo, sampai ka maso Baangku Lareh, terus ka maso Baangku Palo. Angku Palo yang terkenal adalah Angku Palo Gaek, dizaman penjajahan Belanda dan Jepang. Pada zaman Revolusi pemerintahan dipegang oleh Wali Perang, kemudian dirobah jadi Wali Nagari, dan akhirnya Wali Nagari dirombak menjadi Kepala-kepala Desa, yang mana wilayahnya Jorong-jorong dimasa ada Wah Nagari. Di Cupak sekarang ada 9 Desa. 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image

APBDes 2024 Pelaksanaan

Pendapatan Nagari
Rp 0,00 Rp 3.091.570.000,00
0%
Belanja Nagari
Rp 0,00 Rp 2.966.113.805,88
0%
Pembiayaan Nagari
Rp 84.426.772,88 Rp 84.426.772,88
100%

APBDes 2024 Pendapatan

Hasil Usaha Desa
Rp 0,00 Rp 135.000.000,00
0%
Hasil Aset Desa
Rp 0,00 Rp 164.100.000,00
0%
Dana Desa
Rp 0,00 Rp 1.544.024.000,00
0%
Bagi Hasil Pajak Dan Retribusi Nagari
Rp 0,00 Rp 60.000.000,00
0%
Alokasi Dana Desa
Rp 0,00 Rp 1.184.946.000,00
0%
Bunga Bank Nagari
Rp 0,00 Rp 3.500.000,00
0%

APBDes 2024 Pembelanjaan

Bidang Penyelenggaran Pemerintahan Desa
Rp 0,00 Rp 1.380.044.865,88
0%
Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Rp 0,00 Rp 798.925.932,00
0%
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa
Rp 0,00 Rp 549.190.000,00
0%
Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa
Rp 0,00 Rp 88.453.008,00
0%
Bidang Penanggulangan Bencana, Darurat Dan Mendesak Desa
Rp 0,00 Rp 149.500.000,00
0%